Jumat, 28 Desember 2018

#poemns

JIKA AKU ADALAH HARI INI


Jika aku adalah hari ini
aku akan menjadi pagi yang tidak terlalu dingin
aku pastikan jendela kamarmu tidak
diselubungi kabut
dan cahaya akan masuk dan mengelus
kolam-kolam pipimu
sampai kau benar terbangun

Jika aku adalah hari ini
aku akan menjadi siang yang lebih bersahabat
aku pastikan suhu tubuhmu tetap bagus
dan kulitmu tidak memerah
namun bila masih ada keringat yang
ranum pada tangkai keningmu
akan kukirimkan milyaran udara untuk
memetik bulir-bulirnya

Jika aku adalah hari ini
aku akan menjadi sore yang paling tenang
seraya kusuguhkan langit megah bertabur emas
merah, jingga, oranye
atau warna apapun yang engkau mau
sebagai hadiah untuk
separuh waktumu menantang hidup

Jika aku adalah hari ini
aku akan menjadi malam yang
panjang bagi tidurmu
aku bisikkan pula gemericik basah pada
sinom tipismu
beserta doa yang mengapit mesra lewat
lampu kamar tidur yang
merupa remang duka-dukamu

Jika benar
aku adalah hari ini
kau tidak akan sangsi pada esok
tidak pula sesal akan kemarin
karena kau selalu hidup di hari ini
bukan esok
bukan pula kemarin


Sepatu_Hijau
Desember, 2018

Jumat, 09 November 2018

#poem

S E P A S A N G   I N S A N   D U L U N Y A

Kita adalah sepasang insan yang sepakat tak saling kenal setelah semua kisah tersimpan rapi dalam kotak ajaib bernama masa yang pernah ada. Ceritamu ada padaku, kisahku lengkap padamu. Terasa lucu ketika berpapas tak saling sapa namun teringat yang lama. Ketika berposisi di keadaan yang sama, lantas berpura-pura canggung, atau memang canggung sungguhan. Ketika bertabrak tatap lantas memindah pandang dan berusaha melupa. Separah itu.

Kalau hari satu kala itu tak dimulai lebih dahulu, kita akan tetap sama seperti ini melulu. Sama dengan tak kenal, tapi setidaknya tak membuat kisah yang bisa terkenang. Awal dan akhir tetap sama namun jalannya mencipta yang beda.

Kita adalah sepasang sayap yang sepakat membelah
Pasrah pada angin yang membawa arah
Terbang ke tujuan berbeda
Buruk? Tidaklah!
Aku Selatan, kau utara
Aku menjelma satu, kau berubah dua
Aku coba lari, kau tetap disana.
Kita memang tak pernah sama dan tak akan sama.

Kita adalah sepasang insan yang sekadar pernah menjadi sepasang pendengar dan penyiar.
Pada intinya, kita lucu. Namun tak menggemaskan.

Jumat, 21 September 2018

#poemns

Tempat Favorit
By sepatu_hijau


Hari ini tidak sama lagi seperti kemarin

Aku berjalan seolah semesta meninggalkan

Tidak tertawa

Tidak tersenyum

Tidak menangis

Begitu juga hilang rasa

Diam, membisu

Tak habis tak henti



Perjalananku ketempat favorit pun

Seolah itu semua tentangmu

Kau terus berada dijalan ini dan itu

Kau biarkan aku menikmati fana



Disudut manapun mata menatap

Khayal ini terus tentangmu



Kau seperti angin malam

Tak terlihat

Dapat dirasakan

Dingin

Dan menusuk menyakitkan

Kamis, 10 Mei 2018

Yang Tidak Kau Ceritakan.

Untuk yang belum mengerti,
Bahwa cara anggrek dan melati untuk tumbuh kembali itu tidak sama,
Bahwa siang dan malam sama terangnya, berdasar sudut pandang mana,
Bahwa cinta itu bukan tentang keegoisan untuk memiliki,
Bahwa pergi itu bukan tentang menyakiti.

Perihal kasih dan peduli saja,
Pikiranmu terlalu hampa bila hanya melihat tanpa merasa.

Menanggalkan bukan karena bungamu layu,
Aku hanya ingin bunga itu tetap bisa tumbuh, bertahan hanya membuatnya cepat sayu.
Sebab hanya hujan yang menyirami, lalu kau menyalahkan aku.
Aku kehabisan karbondioksida, jika kau baru akan membaginya— maaf itu terlambat bagiku.

Setidaknya bunga dapat berdiri tegak, ketika akarnya mampu.
Bagaimana bila akarnya beradu, saling melemahkan lalu membisu?
Atau dedaunan yang sebagian memilih jatuh, bukan sebab ingin tetapi perlu?
Untuk apa terlihat ranum, jika wanginya perlahan memudar— sama-sama ragu.

Jika sayu kemudian layu bukan lagi pilihan,
Jika ragu sudah mematahkan ranting harapan,
Jika sendu telah meretakkan dahan untuk bertahan,
Dan juga hal-hal yang tak bisa dipaksakan?

Aku rasa, semesta lebih paham harus membawa kemana,
Pun kita hanya bisa menanam rasa?
Menyirami lalu berharap akan tumbuh percaya.
Dan, yang patah tumbuh yang hilang berganti— ucap Banda Neira.

Terakhir, aku kini hanya berharap sederhana,
Bahwa kelak, aku dan kau dapat mekar dan ranum lagi— meski di musim berbeda.
Setelah taifun dan hujan yang enggan mereda,
Aku pergi dari Desember, menjemput Januari dengan segala yang akan terjadi— semoga tidak tersesat pada fana yang pertama.

—destrafalso

September

Tahun ini septemberku terasa berat, senang dan sedih datangnya secara bergantian. Septemberku kali ini melelahkan, tapi aku masih bertahan. ...