JIKA AKU ADALAH HARI INI
Jika aku adalah hari ini
aku akan menjadi pagi yang tidak terlalu dingin
aku pastikan jendela kamarmu tidak
diselubungi kabut
dan cahaya akan masuk dan mengelus
kolam-kolam pipimu
sampai kau benar terbangun
Jika aku adalah hari ini
aku akan menjadi siang yang lebih bersahabat
aku pastikan suhu tubuhmu tetap bagus
dan kulitmu tidak memerah
namun bila masih ada keringat yang
ranum pada tangkai keningmu
akan kukirimkan milyaran udara untuk
memetik bulir-bulirnya
Jika aku adalah hari ini
aku akan menjadi sore yang paling tenang
seraya kusuguhkan langit megah bertabur emas
merah, jingga, oranye
atau warna apapun yang engkau mau
sebagai hadiah untuk
separuh waktumu menantang hidup
Jika aku adalah hari ini
aku akan menjadi malam yang
panjang bagi tidurmu
aku bisikkan pula gemericik basah pada
sinom tipismu
beserta doa yang mengapit mesra lewat
lampu kamar tidur yang
merupa remang duka-dukamu
Jika benar
aku adalah hari ini
kau tidak akan sangsi pada esok
tidak pula sesal akan kemarin
karena kau selalu hidup di hari ini
bukan esok
bukan pula kemarin
Sepatu_Hijau
Desember, 2018
Jumat, 28 Desember 2018
Jumat, 09 November 2018
#poem
S E P A S A N G I N S A N D U L U N Y A
Kita adalah sepasang insan yang sepakat tak saling kenal setelah semua kisah tersimpan rapi dalam kotak ajaib bernama masa yang pernah ada. Ceritamu ada padaku, kisahku lengkap padamu. Terasa lucu ketika berpapas tak saling sapa namun teringat yang lama. Ketika berposisi di keadaan yang sama, lantas berpura-pura canggung, atau memang canggung sungguhan. Ketika bertabrak tatap lantas memindah pandang dan berusaha melupa. Separah itu.
Kalau hari satu kala itu tak dimulai lebih dahulu, kita akan tetap sama seperti ini melulu. Sama dengan tak kenal, tapi setidaknya tak membuat kisah yang bisa terkenang. Awal dan akhir tetap sama namun jalannya mencipta yang beda.
Kita adalah sepasang sayap yang sepakat membelah
Pasrah pada angin yang membawa arah
Terbang ke tujuan berbeda
Buruk? Tidaklah!
Aku Selatan, kau utara
Aku menjelma satu, kau berubah dua
Aku coba lari, kau tetap disana.
Kita memang tak pernah sama dan tak akan sama.
Kita adalah sepasang insan yang sekadar pernah menjadi sepasang pendengar dan penyiar.
Pada intinya, kita lucu. Namun tak menggemaskan.
Kita adalah sepasang insan yang sepakat tak saling kenal setelah semua kisah tersimpan rapi dalam kotak ajaib bernama masa yang pernah ada. Ceritamu ada padaku, kisahku lengkap padamu. Terasa lucu ketika berpapas tak saling sapa namun teringat yang lama. Ketika berposisi di keadaan yang sama, lantas berpura-pura canggung, atau memang canggung sungguhan. Ketika bertabrak tatap lantas memindah pandang dan berusaha melupa. Separah itu.
Kalau hari satu kala itu tak dimulai lebih dahulu, kita akan tetap sama seperti ini melulu. Sama dengan tak kenal, tapi setidaknya tak membuat kisah yang bisa terkenang. Awal dan akhir tetap sama namun jalannya mencipta yang beda.
Kita adalah sepasang sayap yang sepakat membelah
Pasrah pada angin yang membawa arah
Terbang ke tujuan berbeda
Buruk? Tidaklah!
Aku Selatan, kau utara
Aku menjelma satu, kau berubah dua
Aku coba lari, kau tetap disana.
Kita memang tak pernah sama dan tak akan sama.
Kita adalah sepasang insan yang sekadar pernah menjadi sepasang pendengar dan penyiar.
Pada intinya, kita lucu. Namun tak menggemaskan.
Jumat, 21 September 2018
#poemns
Tempat Favorit
By sepatu_hijau
By sepatu_hijau
Hari ini tidak sama lagi seperti kemarin
Aku berjalan seolah semesta meninggalkan
Tidak tertawa
Tidak tersenyum
Tidak menangis
Begitu juga hilang rasa
Diam, membisu
Tak habis tak henti
Perjalananku ketempat favorit pun
Seolah itu semua tentangmu
Kau terus berada dijalan ini dan itu
Kau biarkan aku menikmati fana
Disudut manapun mata menatap
Khayal ini terus tentangmu
Kau seperti angin malam
Tak terlihat
Dapat dirasakan
Dingin
Dan menusuk menyakitkan
Kamis, 10 Mei 2018
Yang Tidak Kau Ceritakan.
Untuk yang belum mengerti,
Bahwa cara anggrek dan melati untuk tumbuh kembali itu tidak sama,
Bahwa siang dan malam sama terangnya, berdasar sudut pandang mana,
Bahwa cinta itu bukan tentang keegoisan untuk memiliki,
Bahwa pergi itu bukan tentang menyakiti.
Perihal kasih dan peduli saja,
Pikiranmu terlalu hampa bila hanya melihat tanpa merasa.
Menanggalkan bukan karena bungamu layu,
Aku hanya ingin bunga itu tetap bisa tumbuh, bertahan hanya membuatnya cepat sayu.
Sebab hanya hujan yang menyirami, lalu kau menyalahkan aku.
Aku kehabisan karbondioksida, jika kau baru akan membaginya— maaf itu terlambat bagiku.
Setidaknya bunga dapat berdiri tegak, ketika akarnya mampu.
Bagaimana bila akarnya beradu, saling melemahkan lalu membisu?
Atau dedaunan yang sebagian memilih jatuh, bukan sebab ingin tetapi perlu?
Untuk apa terlihat ranum, jika wanginya perlahan memudar— sama-sama ragu.
Jika sayu kemudian layu bukan lagi pilihan,
Jika ragu sudah mematahkan ranting harapan,
Jika sendu telah meretakkan dahan untuk bertahan,
Dan juga hal-hal yang tak bisa dipaksakan?
Aku rasa, semesta lebih paham harus membawa kemana,
Pun kita hanya bisa menanam rasa?
Menyirami lalu berharap akan tumbuh percaya.
Dan, yang patah tumbuh yang hilang berganti— ucap Banda Neira.
Terakhir, aku kini hanya berharap sederhana,
Bahwa kelak, aku dan kau dapat mekar dan ranum lagi— meski di musim berbeda.
Setelah taifun dan hujan yang enggan mereda,
Aku pergi dari Desember, menjemput Januari dengan segala yang akan terjadi— semoga tidak tersesat pada fana yang pertama.
—destrafalso
Untuk yang belum mengerti,
Bahwa cara anggrek dan melati untuk tumbuh kembali itu tidak sama,
Bahwa siang dan malam sama terangnya, berdasar sudut pandang mana,
Bahwa cinta itu bukan tentang keegoisan untuk memiliki,
Bahwa pergi itu bukan tentang menyakiti.
Perihal kasih dan peduli saja,
Pikiranmu terlalu hampa bila hanya melihat tanpa merasa.
Menanggalkan bukan karena bungamu layu,
Aku hanya ingin bunga itu tetap bisa tumbuh, bertahan hanya membuatnya cepat sayu.
Sebab hanya hujan yang menyirami, lalu kau menyalahkan aku.
Aku kehabisan karbondioksida, jika kau baru akan membaginya— maaf itu terlambat bagiku.
Setidaknya bunga dapat berdiri tegak, ketika akarnya mampu.
Bagaimana bila akarnya beradu, saling melemahkan lalu membisu?
Atau dedaunan yang sebagian memilih jatuh, bukan sebab ingin tetapi perlu?
Untuk apa terlihat ranum, jika wanginya perlahan memudar— sama-sama ragu.
Jika sayu kemudian layu bukan lagi pilihan,
Jika ragu sudah mematahkan ranting harapan,
Jika sendu telah meretakkan dahan untuk bertahan,
Dan juga hal-hal yang tak bisa dipaksakan?
Aku rasa, semesta lebih paham harus membawa kemana,
Pun kita hanya bisa menanam rasa?
Menyirami lalu berharap akan tumbuh percaya.
Dan, yang patah tumbuh yang hilang berganti— ucap Banda Neira.
Terakhir, aku kini hanya berharap sederhana,
Bahwa kelak, aku dan kau dapat mekar dan ranum lagi— meski di musim berbeda.
Setelah taifun dan hujan yang enggan mereda,
Aku pergi dari Desember, menjemput Januari dengan segala yang akan terjadi— semoga tidak tersesat pada fana yang pertama.
—destrafalso
Langganan:
Komentar (Atom)
September
Tahun ini septemberku terasa berat, senang dan sedih datangnya secara bergantian. Septemberku kali ini melelahkan, tapi aku masih bertahan. ...
-
"I think I haven't found my first love yet, I just realized about having crush on someone doesn't mean i truly love that perso...
-
Kamu hebat saat kamu bisa saja mengeluarkan seluruh amarahmu, tapi kamu memilih untuk diam dan sabar. Kamu hebat saat kamu bisa saja memben...
-
Suatu hari kamu akan mengerti. Akan hadir banyak rupa manusia di dalam hidupmu. Ada mereka yang serupa lamina, yang berjanji tidak akan pe...